Awalan untuk title pada postingan kali ini mungkin sudah banyak yang tahu maksudnya dan bahkan banyak yang mengalaminya secara indah. Skenario Allah pada bahasan ini saya fokuskan ke kata-kata yang dulu saya sering dengar saat mengikuti forum lingkaran (mentoring) dari masa SMA sampai akhir kuliah dan itu diulang-ulang terus bahwa “Apa yang kita inginkan belum tentu apa yang kita butuhkan. Apa yang kita inginkan belum tentu cepat dikabulkan olehNya, atau terkadang tidak terwujud karena pasti akan tergantikan dengan hal yang lebih baik dari apa yang kita inginkan.”
Bener banget!
Ini hukum alam yang udah pasti dialami oleh setiap insan di dunia ini.
Kejadian-kejadian yang selama ini saya alami dan pengaruhnya sama kalimat di atas itu memang cocok sekali dan berlaku dalam kehidupan saya sampai saat ini. Awalnya memang aneh rasanya, tapi kalau dipikir-pikir Allah itu memang the best planner in the world! Banyak khayalan saya yang saya karang sendiri di tiap malam tapi itu gak bisa seindah dengan skenario hidup yang Allah berikan untuk saya, baik itu part yang sedih atau pun yang senang. Semuanya indah dan saya bersyukur dengan semua yang Ia berikan ditiap detiknya.
Benar juga sih kata-kata Alm. Ustad Jefri Al Buchori, beliau pernah mengatakan kepada istrinya bahwa “Kita gak akan pernah tahu skenario Allah di dunia ini. Lima menit ke depan aja kita gak bisa menebak apa yang akan terjadi pada diri kita.”
Segelintir skenario Allah yang membuat saya takjub dan saya harus percayai itu karena apapun yang terjadi pada diri kita wajib percaya serta ikhlas sebagai amalan dari rukun iman yang terakhir, ‘Iman Kepada Qada dan Qadar”.
“Skenario Saya dan Masjid”
Dahulu saya sangat mengindamkan sekali bisa mengunjungi berbagai masjid yang ada di Jakarta. Niatan awalnya sih, biar terbiasa shalat tepat waktu gitu hehee #gaya Terus supaya bisa sekalian lihat dekorasi masjid yang keren-keren. Rasanya kalau bisa shalat di berbagai masjid yang berbeda, atmosfernya juga pasti berbeda. Cuma saya pesimis sekali akan impian saya ini, terlebih melihat jumlah masjid di Indonesia itu sangatlah banyak. Yaaa tapi saya usahakan menyicilnya sedikit demi sedikit, cari yang terdekat aja dulu di Jakarta, step by step bersilaturahmi ke rumah Allah 😀
Perlahan tapi pasti, Allah kasih jalan untuk saya mampir di tiap masjid-masjid saat ashar, dzuhur, atau maghrib di sekitaran daerah Jakarta Timur. Overall, saya menikmatinya. Ada masjid yang full AC dengan dekorasi dan properti yang sangat indah dan megah. Tak luput pula disertai prasasti yang ditandatangani oleh salah satu Presiden Indonesia di masa lampau, Soeharto. Ada pula masjid yang sangat sederhana tetapi masih rajin menyediakan beberapa mukena yang masih wangi. Bahkan ada beberapa masjid yang saya singgahi, toiletnya bau pesing, karpetnya bolong-bolong, sarang laba-laba banyak hinggap di sudut-sudut ruangan, sepi senyap, dan tanpa tersedia kotak amal. Hal ini mungkin bisa dimaklumi!
Masjid Istiqlal
Nama Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang artinya kemerdekaan.
Terletak di Jl. Taman Wijaya Kusuma Jakarta Pusat, di sudut timur Lapangan Merdeka
Masjid yang paling saya inginkan dulu, yaitu bisa sholat berjamaah di Masjid Istiqlal. Notabenenya masjid ini terkenal dengan gelarnya sebagai masjid terbesar se-Asia Tenggara. Padahal sih dari kecil sudah pernah ke sana cumanya kurang taste aja gitu waktu shalatnya karena kan masih kecil jadi belum tahu apa-apa. Loh, memang sekarang udah tahu apa-apa? Hehehe
Apa yang saya inginkan butuh kesabaran menunggu waktu yang ditentukan olehNya. Suatu ketika saya diajak aksi sama teman-teman kampus, tepatnya aksi solidaritas untuk Palestina. Dzuhur berangkat dari kampus yang berada di Jl. Setiabudi No. 1 dan ashar saya pastikan sudah sampai di silang Monas dengan kondisi jalan yang sudah dipenuhi manusia. Langsung saya bergabung dengan mahasiswa lainnya dari berbagai univ se-Jabodetabek. Kami semua berbeda tapi berbaur satu untuk satu misi. Oiya, aksi juga salah satu angan saya sewaktu SMA dulu. Dengan polosnya nonton di TV lihat mahasiswa pakai jas almamater bermacam warnanya lalu berorasi di jalan dengan semangat seperti pejuang. Melihatnya saja, sudah merinding. Latar institusi yang berbeda bisa disamakan dalam satu waktu, tempat, dan pastinya motivasi.
Alhamdulillah, Allah kasih saya kesempatan sebanyak 3x untuk mengikuti aksi solidaritas selama kuliah. Kembali ke topik yaa, pada saat aksi peduli Palestine kami diberi waktu untuk sholat, lalu kami semua bubar sejenak. Saya dan teman-teman memutuskan untuk sholat berjamaah di Masjid Istiqlal. Menjejakkan kaki di masjid ini dan berdoa bersama yang lainnya itu benar-benar mimpi kecil yang terbayarkan. Disana terdapat tujuh pintu gerbang masuk yang diberi nama berdasarkan Asmaul Husna. Ornamen di dalam masjid ini bagus sesuai dengan gelarnya juga. Tidak akan bosan deh kalau sholat disini, adem juga tanpa harus pakai AC.
Kesempatan berikutnya, saya jadi sering sholat di Istiqlal. Himpunan di kampus mengadakan gathering di Monas, di mana agendanya sholat berjamaah di Istiqlal. Berikutnya saya jadi tertarik berwisata kuliner di daerah Monas. Itu kisah tentang skenario Allah untuk saya dan Masjid Istiqlal. Mungkin bagi sebagian besar insan ini sangatlah tidak ada apa-apanya.
Masjid Atta’awun
Terletak di Jalan Raya Puncak Bogor, Jawa Barat
Daerah Puncak rasanya sudah sering mondar-mandir tapi saya belum pernah mampir di masjid yang satu ini karena merasa cukup bisa sholat di dalam villa saja. Tapi suatu ketika, saya melewati masjid itu. Terbesit dalam pikiran saya jika suatu saat nanti saya pasti bisa merasakan sholat disana, sholat Tahajud terutama. Pasti akan berbeda sekali nuansanya ditambah udara dingin yang berasal dari perkebunan teh asri di sekitaran masjid. Kembali lagi, Allah memberikan saya kesempatan pertama setelah saya diuji dengan kesabaran waktu yang Ia tentukan.
Sholat Maghrib dan Isya di Masjid Atta’awun ketika saya touring motor bersama saudara. Rasanya senang sekali apalagi malam itu langit sangat cerah dan bintang banyak bertebaran di langit pastinya. Terlebih ada seseorang yang saya sayangi ikut menemani kala itu. Kami memiliki harapan yang sama, berharap suatu hari nanti kami bisa sholat tarawih di Masjid Atta’awun dengan keluarga kecil yang sederhana.
Pada kesempatan kedua, masih bersama dengan saudara saya tetapi kali ini berbeda tujuan dan kendaraan. Kami satu mobil nekat dadakan pergi ke Puncak dan berangkatnya ba’da ashar. Kepergian kali ini, tepat disaat saya mengalami hal yang terpuruk pada tahun 2012. Saya merasa sedih pada hari itu, karena orang yang saya sayangi merayakan kemenangannya bukan bersama saya lagi. Untunglah saudara saya sangat mengerti keadaan hati saya ketika itu. Mereka mengajak saya untuk mewujudkan keinginan saya agar bisa bertahajud di Masjid Atta’awun. Di masjid yang sama itu pula, saya mengikhlaskan seseorang itu dengan kehidupannya yang baru, begitu juga dengan saya. Udara dingin Puncak diiringi hujan yang cukup deras membuat saya sejadi-jadinya sujud bersimpuh kepadaNya dengan derasan air mata dan hanya saya, Allah, dan malaikat kanan kirilah yang tahu perasaan serta doa yang terucap kala itu. Hikmah yang dapat saya ambil, saya bersyukur untuk semua yang Engkau berikan Ya Rabb.. Pasti ada hikmahnya dibalik semua ini.
Masjid Agung Sunda Kelapa
Terletak di Jalan Taman Sunda Kelapa No. 16 Menteng Jakarta Pusat
Ada lagi nih, saya pernah melewati Masjid Agung Sunda Kelapa dan setiap mendengar kata masjid itu rasanya khas aja gitu sering mengadakan acara mingguan di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Padahal semester satu dan dua kampus saya ada di daerah Halimun, tapi masih belum sadar kalau jarak dari kampus ke masjid ini cukup dekat.
Allah memberikan saya kesempatan bisa beri’tikaf di Masjid Agung Sunda Kelapa. Tidak disangka skenario Allah memang benar-benar tiada tertandingi. Awalnya cuma berharap bisa sholat disana sekali saja. Ternyata malah bisa menginap disana a.k.a i’tikaf, Qiyamul Lail, Sholat Subuh, Kuliah Malam, Talk Show, Bazaar, dan wisata kuliner juga. Allah Maha Penyayang umatNya. : )
Masjid UI Depok
Terletak di Jalan Lingkar Kampus Raya UI, Depok – Jawa Barat
Semasa SMA, saya cukup rajin mengikuti mentoring dengan teman-teman seangkatan yang dibimbing oleh kakak senior. Rata-rata mereka mengemban ilmu di kampus UI. Ini bertolak belakang dengan kampus saya yang berada di daerah Setiabudi. Setelah lulus SMA, saya masih berniat untuk melanjutkan mentoring bersama kakak senior yang saya rasa sudah merasa nyaman dengan beliau. Kenyataan berkata lain, saya yang diamanahkan oleh orang tua untuk menjadi seorang Guru SD mengharuskan saya untuk mengambil kuliah jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang hanya ada di universitas negeri terdekat, yaitu UNJ. Hal inilah yang menjadikan saya berbeda dengan anggota liqoan lainnya, saya yang berkecimpung di kampus Jakarta sedangkan teman-teman lainnya satu lingkup di kampus Depok, apalagi saya anak IPS sendiri di dalam liqo itu. Hampir mengendorkan niat saya untuk lanjut.
Saya coba kuatkan dan niatkan lagi untuk tetap bisa dalam satu lingkaran dengan mereka tetapi seleksi alam lah yang memaksa saya tidak bisa lanjut. Jarak rumah dengan Masjid UI Depok yang cukup jauh, sementara saat itu saya tidak mungkin mengandalkan teman saya untuk menemani saya datang ke kajian rutin tiap minggu-nya. Padahal sejak SMA, ingin sekali rasanya bisa sholat di Masjid UI Depok. Dahulu ketika detik-detik mendekati UN SMA dan SPMB, saya dan teman-teman saya pernah mengikuti Seminar Kuliah Sehari yang diadakan Psikologi UI. Tapi, kami belum sempat mampir ke masjidnya berhubung waktu yang tidak cukup banyak, harus memaksa kami pulang segera karena jadwal kereta yang kami naiki terbatas.
Pada semester 4, saya butuh mempersiapkan teori-teori dasar sebagai penguat skripsi yang saya rancang. Jadi, mau tidak mau saya harus balik lagi ke kampus UI sekedar mencari referensi. Bersama teman saya sewaktu SD, kami bertiga pergi ke perpustakaan UI dan dilanjutkan pada waktu dzuhur, saya request ke mereka untuk sholat di masjid UI saja. Mungkin ini agak terlihat lucu bagi teman-teman lainnya. Mereka mengetahui saya yang dulu punya mantan anak UI tapi belum pernah sholat di masjid UI nya, payah! Hehehe Akhirnya pun, mereka mau mengikuti keinginan saya tersebut, kami sholat dzuhur berjamaah disana.
Suasana masjid saat itu cukup sepi padahal weekdays. Hmm, mungkin karena jarak dari tiap gedung perkuliahan dengan masjid cukup jauh jadi mahasiswanya sholat di tempat terdekat. Keadaan ini cukup membuat saya belajar khusyuk dalam sholat. Saat itu saya sholat di lantai 2, ruangannya cukup luas dan asri, tetapi suara imam nya kurang terdengar saat berjamah karena tidak menggunakan speaker sound. Terlintas di benak saya, masjid yang cukup besar ini pasti banyak kajiannya juga deh. Sayangnya saya dulu belum bisa mengikuti liqo di tempat ini. Yup, begitulah kisah skenario saya dengan beberapa masjid yang bisa saya share kali ini. Untuk masjid-masjid berikutnya masih dalam list dan tentunya sesuai kehendak Yang Maha Kuasa akan bisa terjadi.
Kurang dan lebihnya mohon maaf.
Wassalam.
Best Regards,
Ismi